
Apa Itu Imunisasi?
Nadya Putri Febriansyah
30 April 2025
Kuman seperti bakteri, virus, atau jamur bisa ditemukan di lingkungan sekitar kita, bahkan di dalam tubuh. Mereka datang dari berbagai penjuru, seperti makanan atau minuman yang tercemar oleh tanah, percikan dari mulut orang yang batuk atau bersin, tangan, benda-benda di sekitar, binatang, udara, dan lain-lain.
Jika seseorang terpapar kuman penyebab penyakit dan tubuhnya belum siap melawan, hal ini bisa menyebabkan penyakit serius atau bahkan kematian.
Tubuh kita memiliki pertahanan alami untuk melawan kuman, yaitu sistem imun. Tugasnya mengenali dan menyerang bibit penyakit.
Bayangkan sistem imun di dalam tubuh anak bagai barisan pendekar yang siap melawan bibit penyakit. Supaya tetap bisa melawan kuman, pendekar ini harus berlatih. Caranya? Melalui imunisasi, yang membantu tubuh mengenali penyakit tanpa perlu sakit terlebih dahulu.
Bagaimana Cara Kerja Imunisasi?
Imunisasi adalah proses pemberian vaksin untuk melindungi tubuh dari penyakit tertentu dan membantu meningkatkan kekebalan agar kita tidak gampang tertular penyakit.
Vaksin berisi bakteri atau virus yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin yang dimasukkan ke tubuh anak itu ibarat menjadi lawan yang dilemahkan dan tidak bersenjata. Sistem imun bagai pendekar tubuh akan berlatih bertarung melawan vaksin yang sudah tidak lagi berbahaya. Dengan cara ini, para pendekar bisa belajar mengenali penyakit dan jadi lebih kuat. Jadi, kalau penyakit datang, sistem imun siap menang.
Vaksin diberikan sehingga sistem imun bisa “berlatih” melawan penyakit. Jadi, jika suatu saat tubuh terpapar penyakit, sistem imun bakal siap menghadapinya.
Apa Risikonya Jika Tidak Imunisasi?
Bibit penyakit atau musuh liar yang kuat dan bersenjata lengkap bisa datang kapan saja, dan kalau tubuh belum siap, pendekar atau sistem kekebalan tubuh bisa kalah. Misalnya, jika musuh menyerang saraf kaki, seperti polio, maka kaki anak lumpuh seumur hidup, tidak bisa diobati.Atau kalau virus lain menyerang otak, anak bisa kena radang otak.
Jadi, lebih baik latihan bareng lawan tanding yang sudah dilemahkan kan?
Referensi
- 1. Kementerian Kesehatan (2017)
- 2. Risang Rimbatmaja (2024)